Minggu, 05 Juli 2009

....MelamPaui Keserakahan Seekor nYamuk....

saya sangat terkesan dengan sebuah artikel yang saya baca di sebuah milis, ternyata dari makhluk tuhan yang selama ini kebanyakan dari kita tidak menyukai keberasaan nya dapat kita ambil pelajaran yang beharga dari hidup nya untuk dijadikan cermin dalam kehidupan kita,semoga artikel ini memberikan inspirasi bagi kita semua.....amin!!!!!

”Enough is not enough when we can get more.” Mungkin anda pernah mendengar ungkapan itu. Cukup itu tidaklah cukup, jika kita bisa memperoleh lebih banyak lagi. Dalam konteks tidak cepat berpuas diri, kalimat itu sungguh sangat memotivasi. Karenanya, ketika kita berhasil meraih pencapaian hingga tahap tertentu, maka kita terus memacu diri. Namun, dalam konteks pengendalian hawa nafsu, kita perlu menggunakan sudut pandang yang berbeda sama sekali. Sebab, hawa nafsu yang tidak mengenal batas membentuk kita menjadi pribadi serakah (greedy), sehingga ’mengambil lebih banyak lagi’ menjadi dogma yang mesti kita patuhi. Sampai-sampai, kita tidak bisa membedakan antara semangat untuk terus mengeksplorasi kapasitas diri dengan keserakahan.

Dipenghujung musim hujan, para nyamuk menggeliat bangun. Sehingga, pada masa-masa awal musim kemarau seperti saat ini dirumah saya sudah mulai beterbangan mahluk haus darah itu. Jika sudah begitu, ketenangan malam-malam kami menjadi terusik. Kami sering dibuat tidak berdaya untuk menangkis serangan-serangan udara layaknya pesawat tempur canggih yang menggempur pemukiman penduduk yang tak berdaya. Hebatnya lagi, nyamuk jaman sekarang sudah semakin canggih melakukan manuver sehingga jangan harap bisa menepuknya ketika dia terbang. Bahkan, ketika dia menggigitpun tingkat kewaspadaannya tetap tinggi. Jadi, saat kita menepuk, dia cepat-cepat terbang lagi. Nyamuk lolos, malah paha kita yang terasa pedas karena terkena pukulan sendiri.



Tapi, tentu Anda tahu bahwa ada ’saat dimana kita bisa menangkap’ nyamuk dengan amat sangat mudah. Yaitu, ketika nyamuk sedang kekenyangan. Ketika kenyang, nyamuk tidak bisa terbang. Boro-boro terbang, untuk sekedar bergerak saja sudah sulit. Sehingga, kita bisa menepuknya dengan teramat gampang.

Setiap kali saya mendapati nyamuk kekenyangan seperti itu saya selalu memiliki dua perasaan yang bercampur baur. Pertama, perasaan puas, karena anda tahulah apa yang saya lakukan kepada nyamuk yang telah menyakiti anak-anak saya yang tengah tertidur pulas itu. Kedua perasaan miris. Miris? Iya. Karena saya melihat sifat nyamuk itu didalam diri saya. Setelah saya memikirkan dalam-dalam, ternyata bukan hanya nyamuk yang memiliki sifat serakah, tetapi juga manusia. Bahkan, mungkin manusia lebih serakah dari nyamuk. Nyamuk memang serakah. Tetapi, yang dia ambil hanya sebatas memenuhi isi perutnya. Tetapi, keberhasilan manusia untuk memenuhi seluruh rongga perutnya tidak akan pernah berhasil menghentikan hasratnya untuk ’mengambil lebih banyak’ lagi. Sebab, selain memiliki rongga perut untuk menyimpan, manusia juga memiliki bank, surat berharga, emas batangan, dan berbagai macam bentuk penyimpanan lainnya. Karena kapasitas tempat penyimpanan itu nyaris tidak terbatas, maka cocoklah dengan sifat rakus manusia yang tidak kenal batas ini.

Seandainya nyamuk itu tidak mengumbar nafsu serakahnya, misalnya dengan menghisap darah secukupnya saja, mungkin dia akan tetap bisa menyelamatkan diri. Tetapi, keserakahan telah menjadikan dirinya terlampau bernafsu untuk mengambil sebanyak-banyaknya sehingga perutnya kepenuhan. Dan karenanya dia menjadi tidak berdaya. Kita sudah melihat begitu banyak bukti bahwa manusia-manusia yang serakah seringkali pada akhirnya harus berhadapan dengan hukum, dan bermuara dibalik jeruji penjara. Jika pun mereka bisa meloloskan diri, mereka harus berpura-pura menjadi manusia terhormat, padahal namanya terpampang dalam DPO alias daftar pencarian orang dengan titel buronan.

Sungguh beruntung bagi sang nyamuk. Sebab, dia hanya berurusan dengan dunia. Sedangkan manusia? Selain dunia, kita memiliki urusan dengan akhirat. Jika nyamuk serakah mati, maka mati pulalah semua ’dosa’ yang pernah diperbuatnya. Namun, jika manusia mati, maka abadilah ’semua amal perbuatannya’. Jika amal itu baik, maka kebaikan itu akan menjadi bekal kehidupan sesudah kematiannya. Namun, jika amal perbuatannya itu berupa keburukan; akan tetap menjadi beban bagi kehidupan keduanya kelak. Padahal, hidup kelak beda dengan hidup kini. Kini, uang bisa menjadi hakim pengganti hukum. Namun nanti, uang tidak bernilai lagi.

Tiba-tiba saja saya merasa beruntung karena ’tidak memiliki kesempatan’ untuk melampiaskan semua bentuk keserakahan itu. Saya bersyukur karenanya. Sebab, seandainya saja saya mendapatkan kesempatan itu; mungkin saya tidak akan mampu mengendalikan nafsu serakah ini. Tetapi, saya juga merasa miris lagi. Karena, meski tidak seserakah itu; saya masih memiliki bibit keserakahan dihati ini. Sehingga, kadang-kadang saya begitu egoisnya sampai berani mengabaikan kepentingan orang lain.

Hari ini, saya belajar sesuatu dari sang nyamuk. Bahwa jikapun kita harus mengambil, maka kita hanya berhak mengambil sesuai dengan hak kita. Yaitu sejumlah kadar kepantasan tertentu. Jika kita mengambil melebihi tingkat kepantasan itu, maka kita telah berubah menjadi mahluk yang lebih rendah dari sang nyamuk. Sebab, keserakahan nyamuk dibatasi oleh ukuran perutnya. Sedangkan keserakahan kita, hanya dibatasi oleh kematian. Sifat serakah kita tidak mati sebelum kita sendiri yang mati. Sementara dalam serakahnya itu, sang nyamuk mati dalam seluruh kebaikan hidup. Sebab, ketika dia mati, dia datang menghadap Tuhan. Lalu dia katakan; ”Tuhan, saya sudah menunaikan tugas yang Engkau perintahkan.” Maka malaikat yang mendampinginya berkata;”Tuhanku, sesungguhnya kami menyaksikan hambamu ini menunaikan tugasnya seperti yang Engkau perintahkan. ...”

Lalu batin saya bertanya kepada sang malaikat. ”Wahai Malaikat suci, apakah sesungguhnya tugas yang Tuhan berikan kepada sang nyamuk itu?” Balas malaikat:”Tuhan menugaskan nyamuk untuk memberikan pelajaran kepada umat manusia, agar mereka menghindari sifat serakah dan berlebih-lebihan. ....” Lalu pagi itu, saya terbangun dengan beberapa ekor nyamuk yang gemuk. Saya kesal karena dia telah mengambil darah dari tubuh ini. Namun, saya juga kagum kepadanya. Karena demi menjalankan perintah Tuhan, dia rela untuk mengorbankan dirinya. Sehingga para manusia, bisa menarik pelajaran penting darinya....

4 komentar:

selaput dara buatan mengatakan...

Sumber informasi yang sangat bermanfaat bagi kita semua, semoga sukses selalua

Obat Vimax mengatakan...

informasi yang bermanfaat bagi kita semua, semoga sukses selalua

Vimax Original Solusi Pria Perkasa mengatakan...



artikelnya sangat membantu gan thanks for sharing :)

Vimax Canada mengatakan...

makasih infonya sangat menginspirasi

"Magical Template" designed by Blogger Buster